Saturday 26 January 2013

Gedung-gedung di Jakarta Punya Kisah


Jakarta. Beragam suku yang ada di Indonesia berkumpul di kota ini. Selain sebagai pusat pemerintahan, Jakarta mejadi sentra bisnis dan perekonomian negara. Jadi jangan heran bila Jakarta menyandang nama Daerah Khusus Ibukota. Namun perlu diingat, kota yang sekarang kita kenal ini bukanlah tempat yang dibangun instan. Jakarta menyimpan beragam sejarah dari berbagai bangsa. 
Pada awalnya, Jakarta hanya dijadikan sebagai kota persinggahan bagi para saudagar hingga akhirnya kota ini beralih menjadi kota perdagangan. Suasana kota yang ramai mengundang banyak orang dari penjuru dunia untuk datang ke Jakarta. Masuknya beragam bangsa ke Jakarta dengan durasi yang panjang mencatatkan identitas dan budaya bangsa-bangsa tersebut di kota ini. 
Dalam bukunya yang berjudul “Historical Sight of Jakarta”, Adolf Heuken SJ menceritakan secara singkat sejarah Jakarta. Pastor berdarah Jerman yang bekerja di Indonesia sejak 1963 ini menceritakan tentang sejarah Jakarta mulai dari Kota dan Sunda Kelapa, pelebarannya sampai ke daerah selatan, juga kelompok-kelompok yang pernah menduduki kota Jakarta dan mempengaruhi Jakarta.
Pengaruh kelompok-kelompok tersebut tidak hanya berpengaruh kepada kondisi sosial, politik, agama dan budaya pada masa tersebut, namun berpengaruh kepada nama Jakarta sebagai identitas kota.
Jarak tempat tinggal penduduk satu dengan lain kala itu relatif jauh. Hal ini membentuk pandangan masyarakat terhadap masing-masing wilayah. Pandangan tersebut membuat masyarakat menamakan wilayah-wilayah tersebut sesuai nama pemilik tanah, apa yang ada di wilayah tersebut atau fungsi wilayah.
Penduduk yang pada masa tersebut tinggal di Jakarta tentu saja membangun segala sarana yang mereka perlukan dalam keseharian mereka. Belanda, bangsa yang durasi tinggalnya paling lama meninggalkan banyak jejak tanda kota. Landmark tersebut berkaitan dengan kebiasaan masyarakat Belanda yang dibawa ke Jakarta.
Sebut saja Gedung Kesenian Jakarta yang menjadi penanda kebutuhan masyarakat Belanda di Jakarta terhadap seni, khususnya teater. Kemudian, Harmoni yang merupakan sebuah club house sebagai penanda kebutuhan masyarakat belanda untuk berkumpul satu dengan yang lain.
Meski Belanda berkuasa pada zaman kolonial, tidak berarti semua tempat bersejarah berhubungan dengan kekuasaan kolonial. Kita masih dapat melihat beberapa monumen yang berhubungan dengan aktivitas para imigran dari Cina dan Arab.
Mungkin kita harus berterima kasih kepada Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen, walaupun dieranya dihiasi dengan pola-pola penjajahan tak manusiawi namun di balik itu "zoon coen" juga membuat kita sebagai masyarakat Jakarta bisa melihat bagaimana perkembangan arsitektur Eropa yang dipuji sepanjang zaman. Ya, Museum Fatahillah merupakan karyanya yang bisa kita nikmati sampai sekarang.
Gedung yang terletak di Jl. Fatahillah No. 2 ini adalah bekas balai kota yang dibangun 1620. Bangunan ini menyerupai arsitektur Belanda istana DAM di Amsterdam, seperti bangunan utama yang terdiri dari dua sayap yang memanjang ke barat dan timur serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan dan ruang-ruang bawah tanah sebagai penjara.
Salah satu bab dalam buku ini juga menceritakan tentang makam orang-orang Cina, seperti kapten So Bing Kong atau kuil-kuil besar yang salah satunya ada di glodok. Tentang masjid-masjid tua juga dibahas dalam buku ini, seperti Masjid As-Shalafiah di Jl. Jatinegara Kaum, Masjid Al Anwar di Kampung Bali, Masjid Al-Anshor di Jl. Pengukiran II, dan lainnya.
Buku ini juga sepintas mengulas tentang keberadaan sebuah gereja yang ditempatkan di sisi Balai Kota (sekarang Museum Sejarah Jakarta). Saat itu, keberadaan Balai Kota digunakan sebagai tempat berkumpul masyarakat kota pada masa tersebut.
Peletakan gereja berdampingan dengan pusat kota jelas mengindikasikan gereja sebagai hal yang erat hubungannya dengan masyarakat. Gereja yang disebutkan dulunya berdiri di tanah yang sekarang menjadi dasar Museum Wayang. Dua kali gereja dibangun di tanah ini. Sayangnya, gempa bumi membuat bangunan gereja rusak parah sehingga diratakan dengan tanah oleh Daendels pada 1808.
Dalam penjabaran tentang bangunan bersejarah, Jakarta dibagi menjadi beberapa wilayah. Dari wilayah-wilayah tersebut, penulis kemudian membagi lagi ke kelompok-kelompok yang lebih kecil. Dari pembagian ke kelompok wilayah ini, penulis menjelaskan mulai dari sejarah wilayah, pemilik wilayah, pergeseran fungsi wilayah dan keadaan di sekitarnya.
Buku “Historical Sights Of Jakarta” seakan membawa kita kembali ke Jakarta pada masa lampau. Dalam bukunya, Adolf Heuken turut melampirkan gambar-gambar menarik tentang keadaan Jakarta pada masa lalu, seperti foto bangunan bersejarah serta foto benda-benda peninggalan sejarah lainnya yang membuat kita mengetahui lebih dalam tentang sejarah Jakarta. Buku ini juga menceritakan sesuatu yang menarik tentang masa lalu dan masih ada di masa kini tanpa kita sadari.
Kisah Kelam
Selain banyaknya gedung yang menjadi cagar budaya, Kota Jakarta juga menyimpan beberapa gedung yang bisa dibilang ‘menakutkan’. Ya, ada beberapa bangunan atau gedung di wilayah Jakarta yang dijadikan tempat penyiksaan aktivis politik. Buku berjudul “Neraka Rezim Suharto” yang ditulis Margiyono dan Kurniawan Tri Yunanto mengupas misteri tempat penyiksaan pemerintahan orde baru.
Bagi mereka yang kritis terhadap pemerintahan Suharto, jangan harap bisa hidup tenang. Apalagi, setelah peristiwa G 30 S PKI meletus. Dalam bukunya, penulis menceritakan pengalaman-pengalaman yang pernah dialami oleh tahanan politik atau para aktivis, baik yang menentang pemerintah maupun mereka yang dituduh terlibat dalam PKI.
Mereka pada umumnya diculik dan disiksa di gedung-gedung atau tempat-tempat yang diantaranya masih ada sampai saat ini. Di Jakarta terdapat ratusan tempat penyiksaan. Setelah rezim itu tidak berkuasa lagi, kini banyak bekas tempat penyiksaan yang beralih fungsi. Ada yang dibiarkan kosong. Namun, ada pula yang masih digunakan sebagai markas militer.  
Sebagai contoh, kisah penyiksaan di Kalong, Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Di markas Operasi Khusus (Opsus) ini ada seorang perempuan yang digantung dengan kepala di bawah. Banyak pula korban yang disetrum listrik, disundut rokok, serta beragam kisah mengerikan.
Tempat penyiksaan yang paling terkenal di Jakarta saat itu adalah Gang Buntu, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Banyak tokoh oposisi Orde Baru pernah merasakan pedihnya disiksa di tempat ini. AM Fatwa, misalnya. Tokoh Islam radikal ini dua kali "dibon" di Gang Buntu.
Tempat yang juga menyeramkan adalah Markas Polisi Militer di Guntur, Menteng Dalam, Jakarta Pusat. Di tempat yang sampai sekarang masih digunakan sebagai markas Polisi Militer ini banyak "musuh" Soeharto, terutama tahanan peristiwa 1965, pernah mengalami penyiksaan keji.
Tempat lain yang tak kalah seram adalah bekas kantor Lembaga Sandi Negara di Jalan Latuharhary. Banyak orang yang disiksa di bunker di kantor ini. Kini gedung ini digunakan sebagai kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Bunker di gedung itu baru dibongkar pada tahun 2006 saat kantor Komnas HAM ini direnovasi.
Dari semua tempat tersebut, tempat penyiksaan yang paling seram adalah Kremlin. Kremlin singkatan dari Kramat Lima, kantor Opsus di Jalan Kramat Lima, Jakarta Pusat. Tidak sedikit aktivis yang pernah mencicipi kekejaman di tempat tersebut.
Namun, pada awal Januari 2008, buku berjudul “Neraka Rezim Suharto” ini sudah sulit ditemukan. Berdasarkan hasil riset koncohukum, ada pembeli buku ini yang keberatan dengan isinya karena dinilai menonjolkan citra negatif pada Soeharto. Buku ini dianggap mempengaruhi opini dan sikap masyarakat. Imbasnya, beberapa toko menarik buku tersebut dan menolak untuk dipasarkan.

Terkait

Description: Gedung-gedung di Jakarta Punya Kisah Rating: 4.5 Reviewer: Konco Hukum ItemReviewed: Gedung-gedung di Jakarta Punya Kisah
Al
Mbah Qopet Updated at: 00:58

1 comments:

  1. Slots and Table Games at Hooters Casino, Queens
    Hooters Casino · 충청남도 출장샵 Hollywood Casino at Canal 세종특별자치 출장마사지 Street · Flamingo Palace 여주 출장마사지 · 포항 출장마사지 Harrah's Las Vegas Hotel and 밀양 출장샵 Casino · The LINQ Promenade.

    ReplyDelete